KIAT MENULIS CERITA FIKSI

Resume : 13
Pertemuan Ke : 13
Narasumber : Sudomo, S.Pt.
Tema : Kiat Menulis Cerita Fiksi
Peserta : Agustan
Angkatan : 19

Aku akan menulis (terus) sekalipun belum tahu akan diterbitkan atau tidak”. – JK Rowling

Banyak di antara kita yang tertarik menulis cerita fiksi. Buku-buku fiksi banyak dipajang di outlet-oultlet buku di sekitar kita. Kalau hanya sebatas tertarik, iya tentu banyak. Namun, orang yang mempunyai kesempatan untuk menulis cerita fiksi dan menjadikannya sebuah naskah buku tentu sangat langkah. 

Sebelum menulis cerita fiksi, kita perlu memahami alasan mengapa kita menulis cerita fiksi. Kemudian, syarat menulis cerita fiksi, bentuk-bentuk cerita fiksi, unsur pembangun cerita fiksi, dan yang terakhir kiat-kiat menulis cerita fiksi juga penting dipahami oleh calon penulis. 

Kuliah online kali ini bertema “Kiat Menulis Cerita Fiksi”. Pelatihan belajar menulis kali ini merupakan pertemuan ke-13 dengan narasumber Sudomo, S.Pt atau sering disapa akrab Masmo. Beliau adalah salah seorang alumni pelatihan belajar menulis PGRI yang diprakarsai oleh Om Jay. Berbagai prestasi yang beliau sudah torehkan di bidang kepenulisan. Ada 17 prestasi yang telah ditorehkan mulai tahun 2007 – 2020. Beliau juga telah menulis 10 buku baik karya solo maupun karya bersama (antologi) dengan penulis lain. 

Satu hal yang unik dari Bapak Masmo adalah waktu mengiukuti pelatihan belajar menulis PGRI seperti yang kami ikuti malam ini, beliau membuat resume materi dalam bentuk cerita fiksi. Resume beliau sangat berbeda dengan resume peserta lainnya, sehingga mengundang ketertarikan tersendiri dari Om Jay sebagai pihak penyelenggara kegiatan untuk mendaulat beliau sebagai Narasumber pada setiap kegiatan belajar menulis dengan spesifikasi materi menulis cerita fiksi.

Menurut kang Masmo ada beberapa alasan beliau menulis cerita fiksi, di antaranya adalah:
1. Literasi teks fiksi merupakan salah satu aspek yang dinilai dalam Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)
2. Sebagai cara menemukan passion dalam kepenulisan
3. Sebagai upaya menyembunyikan dan menyembuhkan diri
4. Sebagai jalan mengeksplorasi kemampuan menulis.

Banyak di antara kita sudah mengetahui alasan menulis cerita fiksi, namun kita belum mampu memenuhi syarat-syarat menulis cerita tersebut. Syarat itu juga penting agar kita dapat menulis naskah dengan baik dan benar. Berikut syarat agar bisa menulis cerita fiksi:
1. Komitmen dan niat yang kuat
2. Kemauan dan kemampuan melakukan riset
3. Banyak membaca cerita fiksi
4. Mempelajari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
5. Memahami dasar-dasar menulis cerita fiksi
6. Menjaga konsistensi menulis

Selain mengetahui dan memahami alasan menulis dan syarat menulis cerita fiksi, kita juga perlu mengetahui bentuk cerita fiksi. Menurut narasumber bahwa bentuk-bentuk cerita fiksi:
1. Fiksimini, terdiri dari beberapa kata
2. Flash fiction, jumlah kata khusus
3. Pentigraf, cerita tiga paragraph
4. Cerpen, kurang dari 7.500 kata
5. Novelet, 7.500 – 17.500 kata
6. Novela, 17.500 – 40.000 kata
7. Novel, lebih dari 40.000 kata

Unsur-unsur pembangun/pembentuk cerita fiksi merupakan satu rangkain yang tidak terpisahkan satu sama laian dalam sebuah cerita fiksi. Unsur-unsur pembentuk cerita fiksi yang dimaksud adalah:
1. Tema, hal yang perlu dilakukan dalam menentukan tema adalah:
- Menentukan ide pokok cerita
- Tips menentukan tema: dekat dengan penulis, menarik perhatian penulis, bahan mudah diperoleh, dan ruang lingkup terbatas.
- Cara menentukan tema: menyesuaikan dengan minat, mengangkat kehidupan nyata, berimajinasi, membaca, dan mendengarkan curahan hati.
- Contoh tema: berkah kejujuran; Pendidikan dan kemiskinan; persahabatan tiga anak SD, pengalaman siswa selama belajar di rumah; perjuangan guru selama pembelajaran jarak jauh.
2. Premis
- Ringkasan cerita dalam satu kalimat
- Unsur-unsur premis: karakter, tujuan tokoh, rintangan/halangan, dan resolusi
- Cara membuat premis: tulis masing-masing unsur pembentuknya kemudian rangkai menjadi satu kalimat utuh
- Contoh premis: seorang anak SD mengajak dua orang temannya melakukan perjalanan ke rumah           kakeknya dan berusaha memeroleh pemahaman tentang materi IPA.
3. Alur/Plot
- Struktur rangkaian kejadian dalam cerita,
- Macam-macam alur: alur maju, alur mundur, alur campuran, alur flashback, dan alur kronologis,
- Unsur-unsur alur/plot: pengenalan cerita, awal konflik, menuju konflik, konflik memuncak/klimaks, penyelesaian/ending,
- Unsur-unsur alur/plot tersebut urutannya bisa diubah tergantung pada jenis alur yang dipilih.
- Contoh Alur/plot:
a. Penegenalan cerita    : Rama, seorang siswa SD berusia 11 tahun sedang belajar. Ia mendapatkan tugas dari gurunya tentang Pesawat Sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
b. Awal konflik : Rama belajar dengan membaca buku paket. Namun, tidak kunjung paham. Ia belum bisa menyelesaikan tugasnya. Ibunya memberikan saran untuk belajar ke rumah kakek.
c. Menuju konflik          : Rama mengajak dua orang temannya. Salah seorang temannya tidak diberikan izin oleh orang tuanya. Rama berusaha meyakinkan akhirnya berhasil mengajak. Rama dan kedua temannya sampai di rumah kakek. Kakek dan nenek meminta mereka menemukan sendiri. Di sana mereka berusaha menemukan pesawat sederhana. 
d. Konflik/Klimaks       : Di sana mereka dituduh mencuri oleh anak kampung saat menemukan pesawat sederhana secara tidak sengaja di halaman.
e. Ending                     : setelah kakek dan nenek meminta maaf, mereka bertiga pun dimaafkan. Kakek dan nenek berjanji akan menjelaskan kepada mereka tentang pesawat sederhana. Mereka pun memahami penjelasan sambal menjalankan berbagai macam hukuman membersihkan rumah kakek dan nenek menggunakan pesawat sederhana.
4. Penokohan, yaitu:
- Penjelasan selangkah demi selangkah penjelasan detail karakter dalam cerita
- Macam-macam tokoh: protagonis, antagonis, dan tritagonis
- Teknik penggambaran tokoh: analitik, fisik dan perilaku tokoh, lingkungan tokoh, tata Bahasa tokoh,       dan penggambaran oleh tokoh lain.
5. Latar/setting
- Penggambaran waktu, tempat, dan suasana terjadinya peristiwa-peristiwa dalam cerita
- Jenis-jenis latar: latar waktu, latar tempat, latar suasana, latar social, latar material, dan latar integral
6. Sudut pandang
- Cara penulis menempatkan dirinya terhadap cerita yang diwujudkan dalam pandangan tokoh cerita
- Macam-macam sudut pandang: Orang pertama tunggal, orang pertama jamak, orang kedua, orang          ketiga tunggal, orang ketiga jamak, dan campuran.

Dalam menulis carita fiksi, kita perlu mengetahui kiat-kiatnya. Adapun kiat-kiat menulis cerita fiksi, yaitu: niat, baca, ide dan genre, outline, menulis, swasunting, publikasi.
1. Niat. Niat untuk berbagi kebaikan sehingga kita perlu memotivasi diri untuk memulai dan                    menyelesaikan tulisan.
2. Baca fiksi orang lain, merupakan upaya menemukan bahan belajar/referensi berupa ide, pemilihan        kata, serta gaya dan teknik penulisan.
3. Ide. cara menemukan ide: segera catat saat ide mendadak muncul, mengembangkan imajinasi,                memilih genre yang disukai dan dikuasai.
4. Outline. Cara membuat outline/kerangka: 
- Disusun berdasarkan unsur-unsur pembangun cerita fiksi, 
- Menentukan tema agar pembaca mengerti lingkup cerita fiksi kita, 
- Membuat premis sesuai tema, 
- Menetukan uraian alur/plot berdasarkan unsur-unsurnya,
- Menentukan penokohan kuat berdasarkan jenis dan Teknik penggambaran watak tokoh dengan baik
- Menentukan latar/setting dengan menunjukkan sisi eksotis dan detail
- Memilih sudut pandang penceritaan yang unik
5. Menulis. Cara menulis naskah cerita fiksi:
- Membuka cerita dengan baik (dialog, kutipan, kata unik, konflik)
- Melakukan pengenalan tokoh dan latar dengan baik dengan cara memaparkan secara jelas kepada          pembaca.
- Menguatkan sisi konflik internal dan eksternal tokoh
- Menggunakan pertimbangan logis agar tidak cacat logika dan memperkuat imajinasi
- Memilih susunan kalimat yang pendek dan jelas
- Memperkuat tulisan dengan pemilihan kata (diksi)
- Membuat ending yang baik
6. Swasunting. Cara melakukan swasunting:
- Dilakukan setelah selesai menulis
- Jangan menulis sambil mengedit
- Memfokuskan penyuntingan pada kesalahan pengetikan, pemakaian kata baku dan istilah, aturan          penulisan, ejaan, dan logika cerita.
- Usahakan menempatkan diri pada posisi sebagai penyuntig agar tega menyunting tulisan sendiri
- Jangan lupa menyiapkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa   Indonesia (PUEBI).

Agar menulis cerita fiksi dengan baik dan tidak menemukan kendala yang berarti, kita perlu mengetahui kiat-kiat menulis cerita fiksi. Kemudian, yang tidak kalah pentingnya adalah kita harus menulis atau selalu mempraktikkannya setiap saat agar menulis segera menjadi passion kita. 

Terima kasih atas materi yang disampaikan. Materi ini sangat bermanfaat bagi kami sebagai calon penulis pemula dalam menulis dan khususnya untuk menulis cerita fiksi. Salam literasi. 





Komentar

Postingan populer dari blog ini