PROOFREADING SEBELUM MENERBTIKAN TULISAN

Letting a project sit and coming back to it is just as important as working on it all the time. You need to come back to it with fresh eyes”. _Jeff Lemire-Quotestats.Com


Kegiatan belajar menulis PGRI kembali dimulai malam ini, Jumat 13 agustus 2021. Kegiatan malam ini dipandu oleh seorang moderator andal, beliau adalah ibu Maesaroh. Sedangkan Narasumber kegiatan malam ini adalah Susanto, S.Pd., sapaan akrab beliau Pak D Susanto.

Beliau Pak D Susanto adalah seorang guru SDN Mardiharjo, Kab. Musi Rawas, Prov. Sumatera Selatan. Beliau juga aktif dalam dunia literasi. Dia sering menjadi proofreader terhadap naskah tulisan dari beberapa penulis. Beliau sangat pantas menjadi seorang proofreader karena latar belakang Pendidikan beliau sangat mendukung. Dia adalah alumni sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia.

Proofreading atau uji-baca adalah kegiatan membaca ulang sebuah tulisan. Tujuannya dari kegiatan ini adalah untuk memeriksa apakah terdapat kesalahan dalam teks tersebut. Pada intinya proofreading adalah aktivitas memeriksa teks dengan cermat sebelum dipublikasikan atau dibagikan. Oleh sebab itu, kegiatan ini merupakan tahap akhir setelah tulisan diselesaikan.

Pak D Susanto mengatakan bahwa sering terjadi ketika kita sedang menulis, sering muncul keinginan agar tulisan kita sempurna. Sehingga, kita khawatir: nanti tulisan jelek, tidak layak baca, banyak kesalahan ejaan, kalimatnya tidak pas, dan sebagainya. Akhirnya, tidak disadari kita terjebak untuk segera memperbaiki dan fatalnya lagi, tulisan kita tidak jadi-jadi. 

Proofreading sangat penting agar tulisan kita dapat dipahami dengan mudah dan mempunyai nilai kemenarikan bagi pembaca. Dalam kegiatan tersebut, proofreader memeriksa kesalahan dalam teks berupa penggunaan tanda baca, ejaan, konsistensi dalam penggunaan nama atau istilah, hingga pemenggalan kata. 

Proofreading memiliki perbedaan dengan editing. Menurut pak D Susanto “editing lebih fokus pada aspek kebahasaan, sedangkan proofreading selain aspek kebahasaan, juga harus memperhatikan isi atau substansi dari sebuah tulisan. Jadi, proofreading tidak sekadar menyoroti kesalahan tanda baca atau ejaan, tetapi juga logika dari sebuah tulisan, apakah sudah masuk di akal atau belum.

Selain pendapat tersebut, ada juga yang berpendapat bahwa pengeditan merupakan kegiatan  merubah konten, struktur, dan bahasa, sedangkan proofreading hanya berfokus pada kesalahan kecil dan inkonsistensi.

Lebih lanjut Pak D Susanto menyatakan bahwa tugas seorang proofreader bukan hanya membetulkan ejaan atau tanda baca. Tetapi, proofreader harus memastikan tulisan yang ia sedang uji-baca bisa diterima logika dan dipahami pembacanya. Ia harus dapat mengenali struktur kalimat dalam tulisan, hingga memastikan agar substansi tulisan dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca. Jadi, tugas proofreader adalah untuk membuat teks mudah dipahami pembaca dan tidak kehilangan substansi awalnya. 

Proofreader harus bersifat netral dan objektif terhadap setiap tulisan yang ia nilai. Hal ini tidak mudah. Ia akan bertindak sebagai seorang “pembaca” dan menilai apakah karya penulis sudah bisa dimengerti atau justru berbelit-belit. Harapannya, setelah melewati tahapan proofreading, karya sang penulis bisa lebih mudah dipahami pembaca karena kita menulis agar orang memahami ide yang dituangkan.

Menurut Narasumber, Pak D Susanto ada beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan proofreading. Langkah tersebut adalah:
1. Cek ejaan. Ejaan ini merujuk ke KBBI, tetapi ada beberapa kata yang mencerminkan gaya penerbit
2. Pemenggalan kata-kata yang merujuk ke KBBI
3. Konsistensi nama dan ketentuan
4. Perhatikan judul bab dan penomorannya

Untuk memudahkan melakukan proofreading dalam hal ini memeriksa tulisan, di MS Word tekan tombol CTRL bersamaan dengan tombol huruf F (CTRL+F). Lalu, ketikkan misalnya tanda "," (tanda koma). Maka akan muncul highlight teks dengan warna kuning. Setelah itu kita periksa apakah ada kesalahan atau ada spasi antara kata dengan tanda koma.

Sebelum dipublikasikan, kita lihat di pratinjau (preview) lalu jika ada kesalahan, pada draf kita tekan tombol CTRL+F  lalu melakukan proses perbaikan tulisan seperti pada video



Jadi, menurut Narasumber “jika saya melakukan proofreading saya menggunakan Alat Bantu, yaitu 1. puebi daring; 2. kbbi daring”.

Proofreading sangat penting dilakukan untuk setiap tulisan. Kita ingin tulisan kita dipahami dengan mudah oleh pembaca dan tentu juga nilai kemenarikan dari tulisan kita menjadi pendukung agar tulisan kita selalu dinanti oleh pembaca. Terima kasih pemaparan materinya Pak D Susanto. Salam sukses dan sehat selalu. Salam literasi.

Resume : 15
Narasumber : Susanto, S.Pd.
Tema : Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan
Peserta : Agustan
Angkatan : 19

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini