Buku Mahkota Penulis, Buku Muara Tulisan

Jika seseorang ingin melihat dunia, maka membacalah. Tapi jika ingin dikenal maka menulislah”. 

–Imam Syafi’i


Mahkota merupakan bukti kebesaran bagi pemiliknya. Bagi orang yang mempunyai mahkota bisa dipastikan merasa bangga dan senang. Lagi pula, jika kita mampu menjaga dengan baik mahkota tersebut, sungguh akan menjadi kebanggaan tersendiri. Bukan hanya sang Raja yang mempunyai mahkota, Penulis juga memiliki mahkota. Buku adalah Mahkota bagi para penulis. Buku adalah tanda kebesaran bagi seorang penulis. 

Pelatihan belajar menulis PGRI angkatan ke-19 dan 20 memasuki pertemuan ke-8. Tidak terasa pertemuan ini sudah memasuki pekan ke-3. Tema pelatihan malam ini, Rabu, 28 Juli 2021 adalah Buku Mahkota Penulis, Buku Muara Tulisan. Narasumber kali ini adalah Bapak H. Thamrin Dahlan, SKM.,M.Si. Beliau merupakan purnawirawan Polri dan sekaligus Dosen pada Akper Polri yang masih aktif sampai sekarang. Beliau juga seorang penggiat literasi dan Penulis Buku yang hebat. Beliau sudah menerbitkan  40 buku. 

Menurut H. Thamrin Dahlan “Sesungguhnya muara dari menulis itu adalah buku. Karena, buku bersifat abadi dan menjadi alibi tak terbantahkan atas kehadiran seorang anak manusia di muka bumi ini”. Qoute ini sangat menginspirasi. Banyak di antara kita yang sudah menulis naskah, artikel, namun belum dicetak menjadi sebuah buku. Padahal, menerbitkan buku sekarang ini sangat mudah. 

Pak Haji sapaan akrab Narasumber banyak memberikan motivasi pada pertemuan malam ini. Beliau menyampaikan bahwa hanya ada 2 (dua) pekerjaan yang dapat dikenang sepanjang masa (peradaban), yaitu penulis dan guru. Penulis dikenang karena karyanya (tulisannya). Guru dikenang karena mendidik sepenuh hati. 

Guru juga merupakan arsitek peradaban. Dari keteladan guru dapat menjadi contoh bagi peserta didik yang nantinya akan mewarisi peradaban. Guru yang mampu mewariskan peradaban mulia kepada peserta didik adalah mereka yang mengajar dengan hati. Mereka menjadikan mengajar dan mendidik sebagai pengabdian kepada sang Ilahi rabbi. 

Guru tidak dapat dipisahkan dari kegiatan Literasi. Kegiatan yang menuntut kemampuan individu berupa; membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah. Tidak banyak guru yang menggeluti keterampilan menulis dibandingkan dengan kegiatan literasi yang lainnya. Padahal, sesungguhnya semua orang bisa menulis. Jika orang bisa berbicara, maka dia juga bisa menulis. Menulis, kegiatan memindahkan apa yang diucapkan ke dalam peralatan tulis menulis. 

Seorang penulis perlu memahami kategori artikel/tulisan. Katergori tulisan terdiri dari; 

  1. Artikel deskriptif, tujuannya untuk mendeskripsikan atau melaporkan peristiwa atau kejadian. Tidak memecahkan masalah. Azasnya 5W1H. sebagai contoh: Reportase/liputan/laporan
  2. Artikel eksplanatif, bertujuan untuk menjelaskan dan mengurai permasalahan secara mendalam, ilmiah, objektif, dan bertanggungjawab. Contoh: Karya ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Jurnal.
  3. Fiksi, tujuannya untuk menhibur pembaca dan merupakan ekspresi imajinatif sebagai bentuk karya seni. Contoh: Puisi, Novel, Cerpen, Pantun, dan Cerbung.

Seorang penulis perlu menguasai metode menulis praktis. Menurut Narasumber ada beberapa metode menulis praktis, yaitu:

  1. Upayakan tidak meninggalkan tulisan
  2. Hiraukan kesalahan ketik
  3. Ketika blank, tinggalkan. Masuk ke paragraf baru
  4. Baca berulang-ulang pada proses editing
  5. Cukup menulis 7 paragraf bagi pemula
  6. Bersegera posting tulisan di media sosial

Terkadang kita bingung apa yang akan ditulis, apalagi bagi penulis pemulah. Agar tidak bingung kita perlu menulis:

  1. Tulislah apa yang disukai
  2. Tulislah apa yang dipahami
  3. Tulislah tentang hobbi
  4. Tulislah tentang pekerjaan
  5. Tulislah tentang lingkungan, keluarga dan teman
  6. Tulis apa saja.

Menulis membutuhkan inspirasi. Inspirasi berasal dari berbagai sumber. Menurut H. Thamrin Dahlan bahwa inspirasi menulis itu bisa berasal dari:

  1. Banyak membaca
  2. Mengikuti webinar
  3. Banyak berjalan
  4. Menelaah berita actual
  5. Menelisik berita viral
  6. Silaturahim 
  7. Menyaksikan fenomena alam
  8. Berkomunikasi
  9. Bahan ajar
  10. Suasana kelas, dan lain-lain

Kita perlu meluangkan waktu untuk memulai menulis. Waktu yang H. Tamrin gunakan adalah:

  1. Luangkan waktu khusus. Bisa tengah malam habis shalat tahajjud
  2. Waktu senggang. 
  3. Ketika menunggu
  4. Bada subuh
  5. Sebelum tidur
  6. One day one posting

Kita biasa masih bingung dimana tempat terbaik untuk menulis. Pilihlah tempat terbaik menurut anda. Tempat tersebut bias jadi di:

  1. Facebook
  2. Handphone
  3. Laptop
  4. Personel Computer
  5. Kartas tulis note book
  6. Diwebsite/blog

Tulisan yang sudah diselesaikan sebaiknya dibagikan ke teman, keluarga, kerabat, rekan kerja, dan sebagainya. Mereka ini, baisanya aktif disosial media. Olehsebab itu, tulisan kita perlu dibagikan di:

  1. Website sekolah
  2. Website kompasiana.com
  3. Website terbitkanbukugratis.id
  4. Face book
  5. Whats App
  6. Email
  7. Messenger
  8. Twitter, dll.

Di akhir pertemuan Narasumber acap kali memberikan motivasi bagi seluruh peserta. Beliau mengungkapkan 3 (tiga) rahasia dunia jurnalistik, yaitu: 

  1. Setiap tulisan yang dibagikan ke social media, itulah sesungguhnya tulisan yang memilki roh. Tulisan itu hidup ditengah-tengah banyak orang. 
  2. Biarlah tulisanmu itu membela dirinya sendiri. Biarlah bukumu itu mengikuti takdirnya (Buya Hamka)
  3. Ada banyak jalan rezeki bagi orang yang bersungguh-sungguh, termasuk bersungguh menulis.

Narasumber pernah mendapat kesempatan bicara di depan Presiden Jokowi karena karya tulis. 
Jangan biarkan naskah tulisan berserakan. Selesaikan naskahnya, kumpulkan, dan terbitkan bukunya. Muara dari tulisan itu adalah buku dan Buku adalah Mahkota bagi sang penulis. Salam literasi


Resume : 8
Pertemuan ke- : 8
Narasumber : H. Thamrin Dahlan, SKM, M.Si.
Tema : Buku Mahkota Penulis, Buku Muara Tulisan
Peserta : Agustan
Angkatan : 19


Komentar

Postingan populer dari blog ini