Tanggal Pertemuan : 12 Juli 2021
Resume ke : 1
Tema : Menjadikan Menulis Sebagai Passion
Narasumber : Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd.
Gelombang : 19
Nama peserta : Agustan
MENJADIKAN MENULIS SEBAGAI PASSION
Senin, tanggal 12 Juli 2021 kegiatan Latihan Menulis PGRI melalui WA Grup (WAG) dimulai. Sekitar pukul 19.00 WIT atau 20.00 WITA materi pertemuan I (pertama) dibawakan oleh Ibu Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd. atau sapaan akrab beliau Bu Kanjeng. Beliau adalah seorang penulis buku, editor, dan motivator. Beliau juga sudah menulis 21 (duapuluh satu) buku. Pada pertemuan kali ini beliau menyampaikan materi dengan judul “Menjadikan Menulis Sebagai Passion”. Bu Kanjeng menyampaikan menulis merupakan passion yang menjanjikan. Namun, tidak semua orang termasuk guru menekuninya. Banyak hambatan yang dihadapi ketika ingin menulis dan semua itu harus diatasi oleh calon penulis. Selain itu, calon penulis perlu merasakan kenapa menulis sebuah teks, alasannya tentu beragam. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah calon penulis harus mengetahui teknik-teknik menulis agar menjadi penulis yang baik dan tulisannya bisa laris manis.
Menurut Bu Kanjeng menulis menjadi passion yang menjanjikan. Mengapa?. Profesi penulis salah satu pekerjaan yang sangat dihormati dan dihargai secara sosial. Begitu juga, kompetensi menulis dipandang sebagai indikator intelektualitas dan kematangan berpikir. Hal tersebut tidak mudah, banyak di antara kita yang ingin menjadi penulis. Namun, hanya segelintir orang yang dapat mewujudkannya.
Berbagai kendala dan hambatan yang dihadapi setiap calon penulis. Kendala dan hambatan tersebut, pertama penulis sering merasa tidak memiliki ide. Sesungguhnya manusia itu unik, setiap orang memiliki ide dan itu perlu dituangkan dalam tulisan agar bisa bermanfaat bagi kehidupan. Kedua, tidak suka menulis. Kalau menulis sudah menjadi passion dan sudah tertanam motif kita menulis, nantinya akan menjadi disukai. Ketiga, tidak berani menerima kritikan. Semakin dikritik tulisan kita, besar peluang untuk memperbaikinya dan bisa menjadi karya yang berkualitas. Keempat, calon penulis sering merasa tidak punya waktu menulis. Setiap orang mempunyai kesibukan masing-masing, menulis perlu meluangkan waktu tertentu. Bisa diselah-selah kesibukan, tengah malam, sebelum tidur, harus ada waktu untuk menulis. Kelima, merasa tidak berbakat. Mindset ini harus dirubah. Ketika sering dipraktikkan, akan menjadi bakat.
Kendala dan hambatan dalam menulis dapat diatasi. Kendala tersebut pada umumnya berasal dari faktor internal. Cara mengatasinya menurut Bu Kanjeng adalah kita harus membangun motivasi diri yang kuat. Memotivasi diri bisa dengan cara membaca tulisan orang, mendengarkan, mengikuti pelatihan menulis, semua itu sangat bermanfaat membangun motivasi diri. Selain membangun motivasi diri, kita juga harus memiliki etos kerja yang baik. Menulis dengan penuh motivasi dan dibarengi dengan ketekunan atau etos kerja yang tinggi akhirnya akan menjadi sebuah karya tulis atau buku.
Ketika menulis sudah menjadi passion (digemari), mari kita menulis dengan memulai kata Why. Banyak yang dapat dikembangkan dari kata tersebut. Misalnya; mengapa saya sakit?, mengapa saya dimusuhi orang?, mengapa saya sedih?. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut banyak ide yang bisa dikembangkan yang nantinya dapat bermanfaat bagi orang lain. Kalau tidak bermanfaat bagi orang lain, setidaknya ada kesenangan tersendiri bahwa kita bisa menulis. Selanjutnya, setelah kata why, kita menggunakan kata How (bagaimana). Kita bisa mengembangkan kata How tersebut menjadi rangkaian pertanyaan. Sebagai contoh; bagaimana solusinya?, bagaimana awal terjadinya?, bagaimana peristiwa selanjutnya?. Banyak gagasan yang muncul dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Jawaban dari kata Why sangat filosofis, sedangkan kata How bersifat teknis.
Banyak motif mengapa kita menulis. Kita menulis orientasinya bisa jadi karena; 1) Orientasi material, karya tulis kita terjual laris sehingga kita mendapat royalti. 2) Orientasi eksistensial, dengan menulis kita bisa populer dan mendapat pengakuan dari masyarakat. 3) Orientasi personal, menulis untuk mencurahkan perasaan, gagasan, pengalaman atau kisah pribadi yang dapat menjadi pelajaran bagi pembaca. 4) Orientasi sosial, dengan tulisan bisa merubah mindset masyarakat serta dapat membangun peradaban. 5) Orientasi spiritual, tulisan dapat menjadi ladang pahala jika tulisan tersebut bermanfaat bagi kehidupan.
Ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan agar menajadi penulis yang baik, antara lain; 1) Read, menjadi penulis yang baik kita perlu membaca banyak buku. 2) Discuss, banyak gagasan yang bisa muncul dari kegiatan diskusi. 3) Look and feel, untuk menulis kita perlu sering-sering mengamati dan merasakan kondisi di sekeliling kita. 4) Socialize, kegiatan bermasyarakat dapat menjadi bahan tulisan. Empat langkah tersebut perlu kita lakukan agar tulisan kita berkualitas. Selain empat langkah tersebut, menurut Bu Kanjeng, sebelum menulis, seorang penulis perlu melakukan beberapa tahapan kegiatan. Tahapan yang dimaksud adalah menggali dan menemukan gagasan atau ide, menentukan tujuan, genre, dan segmen pembaca, menentukan topik, mebuat outline, dan mengumpulkan bahan materi atau buku.
Selanjutnya, Bu Kanjeng menjelaskan bahwa untuk melakukan kegiatan menulis, ya langsung saja dipraktikkan, “Just do it”. Bagi penulis pemula sebaiknya lebih fokus pada ketekunan (persistence) dalam proses menulis. Menulislah semampunya saja dulu. Jangan berfikir tulisan kita harus sempurna dan jangan terlalu idealis. Ketika dalam proses menulis, kita juga perlu memperhatikan hal-hal berikut, yaitu; time target (target waktu), discipline (disiplin), comfortability (kenyamanan), facilities (fasilitas), dan mood boster (semangat).
Setelah naskah kasar (rough draft) sudah ditulis, tahapan selanjutnya yang perlu kita lakukan agar terbit buku adalah; 1) Editing (penyuntingan), yaitu; memperbaiki penulisan sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), memperbaiki sistematika penulisan, dan memperbaiki isi tulisan. 2) Revising (revisi), mengubah beberapa bagian naskah, melengkapi naskah, mengevaluasi kembali naskah untuk mengurangi kesalahan tulisan. 3) Publishing (publikasi), tahap ini kita perlu mengirim naskah, pracetak (perwajahan buku, tata letak, ISBN, proof reading), pencetakan, promosi dan distribusi.
Demikian ringkasan materi pada pertemuan perdana tersebut. Ayo mulai dan jadikan sebagai passion. Banyak ide-ide di sekeliling kita. Kumpulkan, rekam, diskusikan dengan teman yang kompeten di bidang menulis, dan segera tuliskan, akan menjadi karya yang membanggakan.
#Agustan
#Kota Palopo
#Belajar Menulis PGRI
Wow... komplit. Keren, Pak. Salam kenal dari pangkalpinang.
BalasHapusTrims bu, salam kenal jg.
HapusBagus tulisannya pak, salam kenal dari Banyuwangi. Jangan lupa berkunjung ke blog saya pak
BalasHapusTrims ibu.
HapusResume yang bagus. Semangat terus ya...
BalasHapus